Minggu, Juni 29, 2008
Sembilan Ekor Kambing Itu Temukan Penggebalanya
Setelah menunggu dipelataran LPI sejak hari Jum'at kemarin, akhirnya pada hari Sabtu-nya para kambing itu dituntun menuju panggung kehormatan untuk bertemu dengan penggembalanya. Sudah 4 periode ini kalo aku tak salah hitung, LPI dimana aku bekerja memberikan hadiah sebagai penghargaan bagi karyawannya yang berprestasi dan berdedikasi tinggi berupa kambing. Dan tahun ini adalah tahun terbanyak penerimanya, diantara 140 karyawan itu yang tahun ini berhasil menjadi penggembala adalah ustadzah Purwitaningsih dari PAUD, ustadzah Urul Winarni dari TK, ustadzah Sri Yuliani dari TK, ustadz Edi Suryanto dari group Cleaning Service, ustadzah Choirun Nikmah dari SD, ustadzah Anis Sholihah dari SD, ustadzah Ida Rodiani dari SD, ustadzah Sri Wahyuni dari SMP, dan ustadzah Sringatin dari Layanan Gizi. Selamat dan sukses untuk panjenengan semua, semoga teman-teman yang lainnya bisa terpacu untuk menambah prestasinya. Amin
Selasa, Juni 17, 2008
Kejam, Kiler Ataukah Jahat
Apasih bedanya kejam, kiler (kereng dalam bahasa jawanya), dan jahat? Nurut pendapatku sih kalau kejam itu emosi yang dilampiaskan dengan menggunakan kekerasan fisik, tapi kalau kiler / kereng itu adalah sikap emosi seseorang yang ditunjukkan melalui kemarahan lisan ataupun bahasa tubuh. Sedangkan jahat adalah sebuah pengertian orang yang mempunyai hati yang punya niat jelek. Jadi kalaulah dicermati disini, aku bukanlah orang yang masuk dalam kategori kejam ataupun jahat, tapi mungkin boleh dimasukkan dalam kategori kiler dalam hal pengajaran.
Kemarin ada seorang temen yang kebetulan dia atasan aku juga. Dia sampaikan ke aku bahwa dia cocok denganku tapi ada satu yang kurang dari aku, katanya itu masukkan dari temen-teman. Katanya aku termasuk guru yang "Kereng". Temen aku bilang anak-anak banyak yang takut padaku mungkin salah satunya karena mata aku yang seperti ini. Lah kalau urusan mata mah kan udah dari sononya, mana mungkin aku bisa merubahnya?
Aku akui, aku memang pernah marah ke anak didikku. Tapi aku punya alasan untuk marah, misalnya mereka tidak tertib sehingga mengganggu proses belajar, atau mereka melanggar tata tertib yang telah ada, dll.
Jujur, aku tak bisa ngajar dengan baik jika anak didikku dalam kondisi tidak tertib. Sementara bagiku anak didikku adalah anak yang lain dari pada yang lainnya. Rata-rata mereka anak yang hebat dan aktif. Meski aku tau mereka seperti itu karena butuh perhatian lebih. Kadang kondisi capek membuat aku jadi seperti itu. Dan semarah apapun aku ke anak didikku aku belum pernah yang namanya melakukan kekerasan pada mereka. Namun seberapa besar rasa takut mereka padaku? Itulah yang sampai saat ini belum aku tau.
Pernah pada kesempatan refleksi bersama, ada seorang anak disampaikan oleh Kepala Sekolah si A takut sama aku, tapi dalam keseharian saat bersama aku si A tampil biasa-biasa saja, dia berani pula bertanya padaku. Tidak ada sorot mata yang menunjukan ketakutan. Benarkah aku guru yang jahat? Sedih rasanya hatiku, kenapa aku tergolong orsng yang kereng.
Disini aku sangat berharap jika ada satu atau lebih wali murid yang membaca tulisan ini, dan merasa anaknya takut pada saya atau pelajaran komputer, sudilah kiranya langsung mengkomunikasikan permasalahannya pada saya. Mohon maaf jika selama mendampingi anak-anak panjenegan sami kurang maksimal.
Kemarin ada seorang temen yang kebetulan dia atasan aku juga. Dia sampaikan ke aku bahwa dia cocok denganku tapi ada satu yang kurang dari aku, katanya itu masukkan dari temen-teman. Katanya aku termasuk guru yang "Kereng". Temen aku bilang anak-anak banyak yang takut padaku mungkin salah satunya karena mata aku yang seperti ini. Lah kalau urusan mata mah kan udah dari sononya, mana mungkin aku bisa merubahnya?
Aku akui, aku memang pernah marah ke anak didikku. Tapi aku punya alasan untuk marah, misalnya mereka tidak tertib sehingga mengganggu proses belajar, atau mereka melanggar tata tertib yang telah ada, dll.
Jujur, aku tak bisa ngajar dengan baik jika anak didikku dalam kondisi tidak tertib. Sementara bagiku anak didikku adalah anak yang lain dari pada yang lainnya. Rata-rata mereka anak yang hebat dan aktif. Meski aku tau mereka seperti itu karena butuh perhatian lebih. Kadang kondisi capek membuat aku jadi seperti itu. Dan semarah apapun aku ke anak didikku aku belum pernah yang namanya melakukan kekerasan pada mereka. Namun seberapa besar rasa takut mereka padaku? Itulah yang sampai saat ini belum aku tau.
Pernah pada kesempatan refleksi bersama, ada seorang anak disampaikan oleh Kepala Sekolah si A takut sama aku, tapi dalam keseharian saat bersama aku si A tampil biasa-biasa saja, dia berani pula bertanya padaku. Tidak ada sorot mata yang menunjukan ketakutan. Benarkah aku guru yang jahat? Sedih rasanya hatiku, kenapa aku tergolong orsng yang kereng.
Disini aku sangat berharap jika ada satu atau lebih wali murid yang membaca tulisan ini, dan merasa anaknya takut pada saya atau pelajaran komputer, sudilah kiranya langsung mengkomunikasikan permasalahannya pada saya. Mohon maaf jika selama mendampingi anak-anak panjenegan sami kurang maksimal.
Kapan Waktu Yang Tepat?
Sering kali ide menulis muncul saat aku berkendara dalam perjalanan berangkat maupun pulang kerja dan saat aku tidak membawa anak-anak dalam perjalanan tersebut. Sayang ide yang begitu menarik buat ku ekspos, sering kali tak dapat terekspos karena kesibukan lain telah menungguku.
Aku ingat kata Direktur aku, beliau bilang, "bu Dini yang tiap hari kerjanya ngadep komputer, belum tiap hari bisa nulis". Apakah orang yang kerjanya tiap hari berada didepan komputer bisa menjadi jaminan untuk terus bisa menulis? Bagiku tidak demikian, ada banyak tugas lain yang harus diselesaikan. Misalnya saja mengambil data tugas santri dan menilainya, kemudian merekap nilai. Ini bukanlah pekerjaan yang memakan waktu cepat. Namanya juga anak SD, ada aja yang belum paham harus disimpan di folder mana dan dengan nama apa. Itulah yang sering kali membikin lama perkerjaan. Aku harus mencari dengan mengingat-ingat nama dan tempat duduk anak. Terus lagi membuat rencana pengajaran kedepan, memperbaiki panduan, dsb.
Kadang ingin rasanya bisa tiap hari menulis, tapi menulis tidaklah mudah buatku. Aku juga tak boleh mengesampingkan anak-anak, karena jika kita (bukan aku lagi) sudah asik dengan blog dan dunia maya, sering kali akan lupa tugas-tugas yang lain yang kurasa lebih penting.
Karena keterbatasan waktu dan tenaga yang aku punya, aku belum mampu mengisi bllog ini setiap hari. Apalagi sampai sekarang pengunjung blog aku tak pernah ada yang kasih komentar. Kini aku masih terus mencari waktu. Kapan waktu yang paling tepat untuk menulis dan menjadikan tulisanku bermanfaat untuk orang lain!
Aku ingat kata Direktur aku, beliau bilang, "bu Dini yang tiap hari kerjanya ngadep komputer, belum tiap hari bisa nulis". Apakah orang yang kerjanya tiap hari berada didepan komputer bisa menjadi jaminan untuk terus bisa menulis? Bagiku tidak demikian, ada banyak tugas lain yang harus diselesaikan. Misalnya saja mengambil data tugas santri dan menilainya, kemudian merekap nilai. Ini bukanlah pekerjaan yang memakan waktu cepat. Namanya juga anak SD, ada aja yang belum paham harus disimpan di folder mana dan dengan nama apa. Itulah yang sering kali membikin lama perkerjaan. Aku harus mencari dengan mengingat-ingat nama dan tempat duduk anak. Terus lagi membuat rencana pengajaran kedepan, memperbaiki panduan, dsb.
Kadang ingin rasanya bisa tiap hari menulis, tapi menulis tidaklah mudah buatku. Aku juga tak boleh mengesampingkan anak-anak, karena jika kita (bukan aku lagi) sudah asik dengan blog dan dunia maya, sering kali akan lupa tugas-tugas yang lain yang kurasa lebih penting.
Karena keterbatasan waktu dan tenaga yang aku punya, aku belum mampu mengisi bllog ini setiap hari. Apalagi sampai sekarang pengunjung blog aku tak pernah ada yang kasih komentar. Kini aku masih terus mencari waktu. Kapan waktu yang paling tepat untuk menulis dan menjadikan tulisanku bermanfaat untuk orang lain!
Senin, Juni 09, 2008
Anak-anak Butuh Perhatian Lebih
Sudah tiga minggu Lila bayiku yang masih berumur 6 bulan sakit batuk, pilek, dan terkadang demam. Dan obat yang didapat dari dokterpun tak kunjung membuat sakitnya reda, demamnya hanya bisa turun jika aku beri dia olesan ramuan tradisional (jeruk nipis, bawang merah dan minyak telon). Tapi untuk batuk dan pileknya aku belum berani berikan dia ramuan tradisional mengingat lambungnya yang masih lemah. Tiap malam aku harus bergadang demi kenyaman Lila, sebab dengan kondisi yang kurang sehat dia yang belum bisa "sambat" hanya bisa menangis, sebagai ukapan ketidak nyaman dia, mungkin saja begitu. Belum lagi Lila sehat bener, kakaknya Alya nyusul, subuh tadi dia mengeluh, katanya kepalanya pusing. Kubuatkan Alya segelas susu, habis diminum, Alya tertidur lagi bareng dengan Lila. Bangun tidur jam 06.30 tadi badanya panas tinggi, akhirnya aku tidak memasukkan dia sekolah. Bersama adiknya aku bawa mereka kerumah Yangti-nya.
Disini hatiku bimbang, aku harus masuk kerja karena telah memberi janji pada santri kelas 6 yang harus memperbaiki nilai. Disisi lain, anak-anak sangat membutuhkan aku. Terkadang dan lebih sering aku mementingkan ngurusi anak didik daripada anak-anakku sendiri, itulah yang aku rasakan. Dari sini aku jadi berfikir, bahwa anak-anak butuh perhatian lebih dariku sebagai ibunya. Kapan aku bisa memberikan yang terbaik buat anak-anakku? Hari ini aku berencana mau ijin pulang awal setelah selesai ngajar jam 10.00 siang ini. Berharap dapat ijin yang ikhlas dari atasan, sehingga bisa segera membantu penyembuhan anak-anakku. Amin
Disini hatiku bimbang, aku harus masuk kerja karena telah memberi janji pada santri kelas 6 yang harus memperbaiki nilai. Disisi lain, anak-anak sangat membutuhkan aku. Terkadang dan lebih sering aku mementingkan ngurusi anak didik daripada anak-anakku sendiri, itulah yang aku rasakan. Dari sini aku jadi berfikir, bahwa anak-anak butuh perhatian lebih dariku sebagai ibunya. Kapan aku bisa memberikan yang terbaik buat anak-anakku? Hari ini aku berencana mau ijin pulang awal setelah selesai ngajar jam 10.00 siang ini. Berharap dapat ijin yang ikhlas dari atasan, sehingga bisa segera membantu penyembuhan anak-anakku. Amin
Langganan:
Postingan (Atom)