Senin, Mei 12, 2008

Titik Jenuh Anak Pada Pola Sehari-hari

Kemarin aku melihat 1 dari 400 muridku kurang lebihnya pulang sekolah dengan berjalan kali. Sebenarnya tidak hanya sekali ini aku melihat dia pulang dengan berjalan kaki. Dan setiap kali aku melihatnya berjalan kaki, aku selalu berhenti dan menawari dia untuk bareng aku. Tapi tak sekalipun tawaranku diterimanya. Dia selalu bilang : "jalan kaki aja ustdz, biar sehat". Aku hanya tersenyum dan berlalu melaju dengan motorku. Atas penolakan terakhirnya, aku jadi teringat tentang masa-masaku saat sekolah. Dulu setiap hari aku selalu berangakat sekolah dengan bersepeda karena jarak tempuh rumah ke sekolah lumanyan jauh jika ditempuh dengan jalan kaki. Namun, pada suatu saat aku sangat ingin pulang dan pergi ke sekolah dengan jalan kaki meski awalnya tidak dapat ijin dari orang tua. Karena aku sangat ingin tanpa ijinpun aku lakoni sekolah dengan jalan kaki. Dan ternyata mengasyikkan karena bisa jadi obat kejenuhan. Dari sini aku berfikir lagi tetnta Hesti muridku yang sekarang duduk di kelas 4. Aku yakin alasan yang Hesti berikan padaku bukanlah satu-satunya alasan kenapa dia memilih jalan kaki dari pada bareng aku. Aku yakin dia juga mengalami kejenuhan seperti aku. Dia jenuh kalo setiap hari berangkat dan pulang sekolah diantar naik motor. Selain Hesti aku yakin banyak dari muridku yang ingin memodifiksi pola berangkat dan pulang sekolah dengan cara yang berbeda. Misalkan yang biasanya naik mobil ingin juga jalan kaki, bareng temannya yang bermotor. Bahkan ada juga yang tanpa ijin bareng mobil antar jemput sehingga membuat panik orang tua dan gurunya. Mungkin dari pengalaman ini hendaknya kita sebagai orang tua, memang harus memberikan variasi pada pola pengantaran dan penjemputan sehingga anak semangat saat berangkat ke sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar