Rabu, Mei 21, 2008

Waspadai Anak Saat Bermain Pasir

Kemarin saya dapat info dari saudara saya untuk menyampaikan pesan ini kepada teman-teman saya yang mempunyai anak kecil. Info ini tentang cacing kulit, dan ini adalah sebuah pengalaman nyata yang dia dapat dari ibu mertuanya yang tinggal di Banjarmasin. Anak dari teman ibu mertuanya sering kali bermain dipasir. Tau-tau anak uitu mengalami gejalan gatal2 pada kulit kakinya. Lambat laun pada kakinya yang gatal semakin terasa sakit dan ada pembesaran pada otot yang ada dikakinya. Setelah diperiksakan ke dokter kulit, ternyata bukan otot yang membesar, tetapi pada kaki anak tersebut sudah dihinggapi yang namanya "Cacing Kulit". Cacing itu semakin membesar dan bergerak semakin memanjang. Jadi ngeri juga, karena saya punya anak kecil yang suka main tanah. Untuk itu saya coba cari info lebih lanjut, berikut ada sebuah artikel yang telah saya kutip dari ruang kesehatan.

PERNAH melihat seorang anak dengan penyakit kulit yang yang menjalar seperti terowongan di kaki? Jika diperhatikan setiap hari, terowongan tersebut semakin panjang berwarna merah dan terasa gatal. Jika pernah, waspadalah! Karena bisa jadi anak tersebut terkena infeksi hewan parasit seperti cacing tambang.
Adapun jenis cacing tambang yang menyebabkan infeksi ini di antaranya bernama Ankylostoma braziliense dan Ankylostoma caninum. Cacing jenis ini hidup dalam hewan seperti anjing dan kucing.
Menurut dokter umum Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB) dr Fajar Rudy Qimindra, di kalangan medis penyakit ini terkenal dengan istilah cutaneous larva migrans. Artinya, ada migrasi larva di kulit (cutan=lapisan kulit). Nama lainnya dermatosis linearis migrans ataupun sandworm disease. Dari namanya dapat diketahui bahwa beberapa penderita terserang penyakit ini ketika berhubungan dengan pasir.
”Istilah lainnya juga disebut creeping eruption (CE). Istilah ini digunakan karena pada pada invasi larva cacing tambang ini, akan timbul kelainan pada kulit berupa erupsi peradangan berbentuk lurus atau berliku-liku yang menonjol di atas permukaan kulit,”
Pada dasarnya, semua orang bisa terinfeksi penyakit ini jika terkontak dengan pasir, tanah ataupun lapisan humusnya.

Bagaimana infeksi ini bisa terjadi?
Awalnya, larva yang berasal dari cacing tambang hidup di dalam tubuh anjing dan kucing. Kemudian sel telur yang terdapat pada kotoran anjing dan kucing tersebut, karena kondisi lembab telur akan berubah jadi larva.
”Larva inilah yang mampu menembus ke dalam kulit. Setelah menembus ke dalam kulit, larva tinggal di lapisan tersebut beberapa minggu atau bulan atau langsung berjalan-jalan dalam lapisan kulit epidermis. Setelah beberapa jam atau hari akan timbul gejala di kulit berupa guratan merah yang mirip dengan terowongan,”
Masuknya larva ke dalam kulit, biasanya disertai dengan rasa gatal dan panas pada tempat masuknya. Kemudian akan muncul tonjolan pada permukaan kulit, beberapa saat akan muncul bentuk yang khas yaitu tonjolan di atas permukaan kulit yang berkelok-kelok berwarna kemerahan.
Untuk selanjutnya, tonjolan kemerahan ini akan makin berkelok-kelok membentuk terowongan sesuai dengan pergerakan larva. Tiap larva membentuk lesi berkelok-kelok seperti ular memanjang dengan ukuran beberapa milimeter hingga beberapa sentimeter dalam sehari.
”Rasanya sangat gatal terutama pada malam hari. Dalam sehari panjang terowongan ini kira-kira bisa mencapai 2 mm hingga 2 cm,”.
Umumnya terletak di kaki, sela-sela kaki, pantat, lutut, tangan ataupun pernah juga dilaporkan terjadi di dinding perut.

Lantas bagaimana penanganannya?
Penyakit kulit yang disebabkan oleh larva cacing ini biasanya sembuh spontan. Karena pada dasarnya manusia bukan tempat hidupnya larva ini. Penyembuhan spontan ini tergantung pada jenis larva yang dikandung. Biasanya luka akan sembuh dalam beberapa minggu atau beberapa bulan. Tetapi dengan pengobatan yang ada bisa mempersingkat lamanya penyakit ini. Karena penyebabnya cacing maka pemberian obat anti cacing sangat dianjurkan. Obat-obatan ini bisa diminum ataupun dibuat campuran dengan cream kostikosteroid untuk dioleskan tipis, misalnya menggunakan obat topikal albendazole 4%.
”Untuk pemberian obat minum golongan obat anticacing albendazole dosis sehari 400 mg sebagai dosis tunggal selama 3 hari. Obat pilihan lain juga banyak jenisnya tergantung peresepan dari dokter,”.
Selain dengan obat anticacing, pengobatan cara lain dengan menyemprotan agen pembeku, seperti misalnya chlorethyl atau dryce sepanjang lesi dapat juga digunakan sebagai pengobatan penunjang. Tetapi cara ini agak sulit karena kita tidak mengetahui secara pasti di mana larva berada dan keefektifannya dilaporkan 60 - 70 % dari seluruh kasus.
”Penting diingat, selama masa pengobatan, kita harus memperhatikan pergerakan dari lesi. Jika selama waktu pengamatan tertentu tidak tampak lagi pergerakan lesi, maka larva biasanya telah mati. Terkadang untuk membantu mengamati pergerakan itu, lokasi lesi diberi tanda tinta spidol sehingga lebih mempermudah pengamatan,” ungkapnya.

Bagaimana pencegahannya?
Mengingat sekarang musim hujan, keadaan tanah pasti lebih lembab dibanding biasanya, orangtua yang memiliki anak kecil, diharapkan untuk mencegah anak bermain terlalu lama di tanah maupun pasir, apalagi bermain tanpa menggunakan alas kaki. Anjurkanlah mereka selalu menggunakan alas kaki. Membiasakan cuci tangan dan kaki setelah bermain di luar juga pencegahan yang baik. Untuk mereka yang pekerjaannya sering berhubungan dengan tanah atau pasir, seperti petani atau pekerja kebun, anjurkan juga untuk menggunakan alas kaki saat bekerja.

”Hal sederhana lainnya adalalah bagi yang memelihara anjing dan kucing untuk membuang kotoran hewan tersebut di tempat pembuangan khusus,”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar